Ada yang protes Pak Menkes bilang COVID-19 adalah self limiting disease (penyakit yang sembuh sendiri).

Apa bener COVID-19 bisa sembuh sendiri?

Yuk kita cari tahu apa itu self limiting disease…

Penyebab penyakit itu secara umum dibagi dua. Penyakit Infeksi (menular) dan penyakit non infeksi (tidak menular). Penyakit infeksi penyebabnya bisa virus, bakteri, amoeba, parasit, jamur. Masing-masing kelompok penyebab memiliki beragam jenis yang berbeda, menyebabkan penyakit yang berbeda, pengobatannya berbeda.

Nah, khusus penyakit yang disebabkan oleh virus UMUMNYA penyakitnya memang akan sembuh sendiri. Ada banyak penyakit yang disebabkan virus. Contoh yang paling mudah kita temui adalah influenza atau disingkat flu. Flu akan sembuh sendiri dalam periode waktu tertentu tergantung kondisi tubuh. Makanya dokter biasanya hanya menyarankan istirahat, makan bergizi, minum air putih lebih banyak.

Kalau diberikan resep obat flu itu buat apa? Obatnya untuk meredakan gejala yang ditimbulkan oleh flu. Misalnya demamnya, diberikan obat turun panas. Ingus yang meler diberikan obat untuk ngeringin ingus. Dikasih vitamin supaya imunitasnya naik. Selebihnya tergantung kepada daya tahan tubuh kita untuk cepat sembuh atau tidak.
Flu tidak butuh antibiotik, karena antibiotik hanya untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri.

Masalahnya, setiap jenis virus memiliki tabiat yang berbeda. Virus dengue, virus hepatitis A, virus HIV, virus SARS-CoV-2 memiliki pola kerja yang berbeda, menyerang organ target yang berbeda, sehingga membutuhkan pengobatan dan tata laksana yang berbeda.

Dokter bisa bekerja memberikan obat dan melakukan tindakan berdasarkan pola penyakitnya. Nah, berhubung SARS-CoV-2 ini adalah virus jenis baru, dokter belum paham tabiat si virus ini jadi proses pengobatannya belum bisa baku. Sama seperti pacar baru yang harus dipahami tabiatnya kan, supaya tahu ngebujuknya kalo ngambek…😁

Dengan ribuan kasus COVID-19 yang sudah terjadi polanya dicatat, sehingga diperolehlah informasi berapa lama masa inkubasi, menularnya lewat apa, demam muncul di hari ke berapa, batuk kering muncul kapan, terjadi pneumonia (infeksi paru) kapan, kelompok usia berapa yang lebih rentan, penyakit penyerta apa saja yang memperberat, dst, dst.

Dokter akan memberikan pengobatan dan tindakan sesuai dengan gejala yang muncul. Jika daya tahan tubuhnya baik maka proses penyembuhannya akan cepat, kalau tidak baik proses penyembuhan jadi lama, mungkin timbul komplikasi, bahkan kematian. Bisa dilihat kasus kematian COVID-19 tertinggi pada usia lanjut disertai dengan penyakit penyerta. Kelompok ini memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah.

Makanya salah satu cara pencegahan yang disarankan adalah makan cukup gizi, tidur cukup, supaya daya tahan tubuhnya baik.

Bagaimana dengan obat antivirus? Obat antivirus tidak membunuh virus seperti antibiotik membunuh bakteri. Anti virus bekerja dengan cara menghambat replikasi virus. Saat ini penelitian obat antivirus untuk menghambat replikasi SARS-CoV-2 masih terus dilakukan. Jika replikasi virus bisa dihambat maka gejala yang muncul akan minimal.

Bisa dipahami ya? Penyakit yang disebabkan oleh virus adalah penyakit yang akan sembuh sendiri dengan catatan daya tahan tubuh baik. Dan yang lebih penting lagi adalah mencegah jangan sampai tertular.

Oleh : dr. Lelitasari, MKK.